Followers

Monday, February 28, 2011

~A conversation between a student and an Atheist Professor~

An atheist professor of philosophy speaks to his class on the problem science has with God, The Almighty. He asks one of his new students to stand and.....

Prof: So you believe in God?

Student: Absolutely, sir.

Prof : Is God good?

Student: Sure.

Prof: Is God all-powerful?

Student : Yes.

Prof: My brother died of cancer even though he prayed to God to heal him. Most of us would attempt to help others who are ill. But God didn't. How is this God good then? Hmm?

(Student is silent.)

Prof: You can't answer, can you? Let's start again, young fella. Is God good?

Student: Yes.

Prof: Is Satan good?

Student : No.

Prof: Where does Satan come from?

Student: From...God...

Prof: That's right. Tell me son, is there evil in this world?

Student: Yes.

Prof: Evil is everywhere, isn't it? And God did make everything. Correct?

Student: Yes.

Prof: So who created evil?

(Student does not answer.)

Prof: Is there sickness? Immorality? Hatred? Ugliness? All these terrible things exist in the world, don't they?

Student: Yes, sir.

Prof: So, who created them?

(Student has no answer.)

Prof: Science says you have 5 senses you use to identify and observe the world around you. Tell me, son...Have you ever seen God?

Student: No, sir.

Prof: Tell us if you have ever heard your God?

Student: No, sir.

Prof: Have you ever felt your God, tasted your God, smelt your God? Have you ever had any sensory perception of God for that matter?

Student: No, sir. I'm afraid I haven't.

Prof: Yet you still believe in Him?

Student: Yes.

Prof: According to empirical, testable, demonstrable protocol, science says your GOD doesn't exist. What do you say to that, son?

Student: Nothing. I only have my faith.

Prof: Yes. Faith. And that is the problem science has.

Student: Professor, is there such a thing as heat?

Prof: Yes.

Student: And is there such a thing as cold?

Prof: Yes.

Student: No sir. There isn't. (The lecture theatre becomes very quiet with this turn of events.)

Student : Sir, you can have lots of heat, even more heat, superheat, mega heat, white heat, a little heat or no heat. But we don't have anything called cold. We can hit 458 degrees below zero which is no heat, but we can't go any further after that. There is no such thing as cold. Cold is only a word we use to describe the absence of heat. We cannot measure cold. Heat is energy. Cold is not the opposite of heat, sir, just the absence of it .
(There is pin-drop silence in the lecture theatre.)

Student: What about darkness, Professor? Is there such a thing as darkness?

Prof: Yes. What is night if there isn't darkness?

Student : You're wrong again, sir. Darkness is the absence of something. You can have low light, normal light, bright light, flashing light.... But if you have no light constantly, you have nothing and it's called darkness, isn't it? In reality, darkness isn't. If it were you would be able to make darkness darker, wouldn't you?

Prof: So what is the point you are making, young man?

Student: Sir, my point is your philosophical premise is flawed.

Prof: Flawed? Can you explain how?

Student: Sir, you are working on the premise of duality. You argue there is life and then there is death, a good God and a bad God. You are viewing the concept of God as something finite, something we can measure. Sir, science can't even explain a thought. It uses electricity and magnetism, but has never seen, much less fully understood either one.To view death as the opposite of life is to be ignorant of the fact that death cannot exist as a substantive thing. Death is not the opposite of life: just the absence of it. Now tell me, Professor.Do you teach your students that they evolved from a monkey?

Prof: If you are referring to the natural evolutionary process, yes, of course, I do.

Student: Have you ever observed evolution with your own eyes, sir?
(The Professor shakes his head with a smile, beginning to realize where the argument is going.)

Student: Since no one has ever observed the process of evolution at work and cannot even prove that this process is an on-going endeavor, are you not teaching your opinion, sir? Are you not a scientist but a preacher? (The class is in uproar.)

Student: Is there anyone in the class who has ever seen the Professor's brain?
(The class breaks out into laughter.)

Student : Is there anyone here who has ever heard the Professor's brain, felt it, touched or smelt it? No one appears to have done so. So, according to the established rules of empirical, stable, demonstrable protocol, science says that you have no brain,sir. With all due respect, sir, how do we then trust your lectures, sir?
(The room is silent. The professor stares at the student, his face unfathomable.)

Prof: I guess you'll have to take them on faith, son.

Student: That is it sir... The link between man & god is FAITH . That is all that keeps things moving & alive.


taken from : www.islam2u.net, by annisa'..

Friday, February 25, 2011

Nabi NUH a.s wArtaWan PertaMa di DuniA


TAHUKAH KITA???

Sekilas tentang sejarah kewartawanan....

Kalau dalam dari sejarah Islam asal usul kewartawanan yang pertama kali di dunia adalah pada zaman Nabi Nuh.

Suhandang dalam bukunya juga menerangkan sejarah Nabi Nuh terutama dalam menyinggung tentang kewartawan. Dikisahkan bahawa pada waktu itu sebelum Allah SWT menurunkan banjir yang sangat hebatkepada kaum yang kafir, maka datanglah maiakat utusan Allah SWT kepada Nabi Nuh agar ia memberitahu cara membuat kapal sampai selesai. Kapal yang akan dibuatnya sebagai alat untuk evakuasi Nabi Nuh beserta sanak keluarganya, seluruh pengikutnya yang soleh dan segala macam haiwan masing-masing satu pasang.Tidak lama kamudian, seusainya Nabi Nuh membuat kapal, hujan lebat pun turun berhari-hari tiada henti. Demikian pula angin dan badai tiada henti, menghancurkan segala apa yang ada di dunia kecuali kapal Nabi Nuh.

Dunia pun dengan cepat menjadi lautan yang sangat besar dan luas. Saat itu Nabi Nuh bersama oranng-orang yang beriman yang lain dan haiwan-haiwan itu telah naik kapal, dan berlayar dengan selamat di atas gelombang lautan banjir yang sangat dahsyat.

Hari larut berganti malam, hingga hari berganti hari, minggu berganti minggu.Namun air tetap menggenang dalam, seakan-akan tidak berubah sejak semula.Sementara itu Nabi Nuh beserta yang lain yang ada dikapal mula bimbang dan gelisah kerana persediaan makanan mulai menipis. Masing-masing penumpang pun mulai bertanya-tanya, apakah air bah itu memang tidak berubah atau bagaimana? Hanya kepastian tentang hal itu saja rupanya yang boleh mententeramkan kerisuan hati mereka. Dengan menngetahui situasi dan keadaan itu mereka mengharapkan boleh mendapatkan landasan berfikir untuk melakukan tindak lanjut dalam menghadapi penderitaannya, terutama dalam melakukan penjimatan yang cermat.

Ingin memenuhi keperluan dan keinginan para penumpang kapalnya itu Nabi Nuh mengutus seekor burung dara ke luar kapal untuk meneliti keadaan air dan kemungkinan adanya makanan. Setelah beberapa lama burung itu terbang mengamati keadaan air, dan kian kemari mencari makanan, tetapi sia-sia belaka.Burung dara itu hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun (olijf) yang tampak muncul ke permukaan air. Ranting itu pun di patuknya dan dibawanya pulang ke kapal. Sekembalinya burung itu, dengan membawa ranting zaitun. Nabi Nuh mengambil kesimpulan bahawa air bah sudah mulai surut, namun seluruh permukaan bumi masih tertutup air, sehingga burung dara itu pun tidak mencari tempat untuk berehat, demikianlah khabar dan berita itu disampaikan kepada seluruh ahli penumpangnya.

Atas dasar fakta tersebut, para ahli sejarah menamakan Nabi Nuh sebagai seorang carian berita dan penyiar khabar (wartawan) yang pertama kali di dunia. Bahkan seiring dengan teknik-teknik dan caranya mencari serta menyiarkan kabar (warta berita di zaman sekarang dengan lembaga pejabat beritannya). Mereka menunjukan bahawa sesungguhnya pejabat berita yang pertama di dunia adalah Kapal Nabi Nuh.

Data selanjutnya diperoleh para ahli sejarah negara Rom pada permulaan penubuhan kerajaan Rom (Imam Agung) mencatat segala kejadian penting yang diketahuinya pada annals (papan tulis yang digantungkan di serambi rumahnya).Nota pada papan tulis itu merupakan notis bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya.

Pengumuman sejenis itu dilanjutkan oleh Julius Caesar pada zaman kegemilangannya. Caesar mengumumkan hasil persidangan senat, berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya, dengan jalan menuliskannya pada papan pengumuman berupa papan tulis pada masa itu. (60 SM) dikenali dengan Acta diurna dan diletakkan di Forum Romanum (Stadium Rom) untuk diketahui oleh umum. Terhadap isi Acta diurna tersebut setiap orang boleh membacanya, bahkan juga boleh mengutipnya untuk kemudian disebarkan dan dikhabarkan ke tempat lain.

Baik hikayat Nabi Nuh menurut keterangan Flavius Josephus maupun munculnya Acta diurna merupakan suatu penyiaran atau penerbitan sebagai harian, akan tetapi jelas kelihatan merupakan gejala awal perkembangan kewartawanan. Dari kejadian tersenut dapat kita ketahui adanya suatu kegiatan yang mempunyai prinsip-prinsip komunikasi massa pada umumnya dan vokasional kewartawanan pada khususnya. Oleh itu tidak hairanlah kalau Nabi Nuh dikenali sebagai wartawan pertama di dunia. Demikian pula Acta diurna sebagai perintis kepada bakal lahirnya surat khabar harian.

Seiring kemajuan teknologi maklumat maka yang bermula dari laporan harian maka dicetak manjadi surat khabar harian. Dari media cetak berkembang ke media elektronik, dari kemajuan elektronik terciptalah media informasi berupa radio. Tidak cukup dengan radio yang hanya berupa suara muncul pula terobosan baru berupa media audio visual iaitu TV (televisyen). Media maklumat tidak puas hanya dengan televisyen, lahirlah berupa internet, sebagai rangkaian yang bebas dan tidak terhad. Dan sekarang dengan perkembangan teknologi telah melahirkan banyak media (multimedia).

Acta diurna


posted by : annisa' (journalist team mentor, ATC)

Tuesday, February 22, 2011

~Rintihan Hamba~

dimalam penuh bintang
di atas sajadah yang kubentang
sedu sedan sendiri mengaduh pada Yang Maha Kuasa
betapa naif diriku ini
hidup tanpa ingat pada-Mu
urat nadi pun tahu aku hampa..
di malam penuh bintang
di bawah sinar bulan purnama
kupasrahkan semua keluh kesah yang aku rasa
sesak dadaku menangis pilu
saat ku urai dosa-dosaku..
dihadapan-MU ku tiada artinya
doa kalbu tak bisa aku bendung
deras bak hujan di gunung sahara
hatiku yang gersang terasa tenteram...
hanya Engkau yang tahu siapa aku
tetapkanlah seperti malam ini
sucikan diriku selama-lamanya....

~Doa kalbuku~
annisa'

Sunday, February 6, 2011

Jagalah Hati


Assalamualaikum wbt….

Salam mahabbah dan salam perjuangan buat sahabat-sahabat yang dikasihi keranaNYA..

Dalam konteksa Islam, hati dipanggil ‘kalbu’ (qalb); yang telah disebut sebanyak 70 kali di dalam al-Quran. Malah, menurut Imam Ghazali bahawa hati merupakan sesuatu yang halus (lathifah) yang berperanan mengatur segala anggota tubuh badan manusia. Dengan kata lain, sebagaimana penjelasan menerusi kitab Ihya’ Ulumuddin (jilid 4); hati bertanggungjawab m’p’luaskan hakikat segala sesuatu dan hasil sesuatu hakikat itu sendiri dalam hati dan beradanya di dalam hati. Justeru, ini m’p’liihatkan betapa pentingnya hati dlm pandangan Islam yang mengajukan manusia sewajarnya meletakkan hati dalam lingkungan yang terkawal rapi. Untuk itu,sebagai m’p’lihatkan kedudukan hati, di sini saya catatkan beberapa kisah yang saya kira boleh dijadikan unsur pengajaran bersama. Walaupun catatan ini sekadar sebahagian kisah sebenar, bagi saya ia meninggalkan implikasi yang besar terhadap kita. Saya menamakan kisah ini sebagai ‘Qalb Alif’, ‘Qalb Ba’, dan ‘Qalb Tha’. Atau dengan kata mudah, Kalbu A, Kalbu B, dan Kalbu C. saya sengaja menggunakan perkataan ‘Qalb’ bagi m’p’lihatkan kedudukan ‘hati’ di tempat yang agung dalam diri manusia. Ayuh kita berkongsi bersama:

Qalb Alif

Dia insane yang baik; di rumah taat kepada ibu bapa; di luar rumah mesra dengan kawan-kawan. Kalau melihatnya luarannya memang dia insan yng menuju ke arah sempurna.

Kata guru sastera agama saya iaitu Dr. Shafie Abu Bakar yang mengajukan ‘teori satera Islam Takmilah’- Insan Kamil yang bertunjangkan akar umbi perkataan ‘Kamla’(kesempurnaan), Jamal (keindahan) dan Jalal (keagungan) akhirnya menjadi ‘Takmilah’ iaitu kesempurnaan. Justeru, saya melihat dengan mata kasar sebagai insan kamil. Tambahan pula lewat persahabatan kami yang mencecah usia lima tahun; saya mempercayainya dalam banyak perkara. Kalau dia menceritakan kisah peribadinya, saya menjadi pendengar setia. Kalau dia mengadu masalahnya, saya dengan tenang mengorbankan masa lapang dengannya.

Bagi saya, keluhuran dan kejujuran dalam ukhwah persahabatan memang tiada tukar gantinya. Lanjutan itu, tanpa disedari sedikit sebanyak saya turut membuka kisah-kisah diri saya untuk pendengarannya. Kata orang, kami bertukar-tukar cerita. Sementalahan, dia amat mengambil berat tentang diri saya. Setiap kali SMSnya akan berbunyi ‘take care dear’ hati saya berkocak bahagia.

Tetapi ada satu perkara amat melukakan hati say; dia tanpa disedari mengkritik saya dibelakang. Aduh! Sahabat, mengapa tidak sahaja berterus terang dengan saya andai ada apa-apa yang tidak menyenangkan? Luhurkah itu? Sedikit pun saya tidak menyangka akhirnya dia menikam saya dari belakang. Sedikkt pun saya tidak menjangka akhirnya dia mengkhianati ikatan persahabatan. Hati saya benar-benar terluka.

Qalb Ba

Dia insan yang murni; sering bersangka baik terhadap manusia di sekelilingnya. Setiap kali ada sesiapa yang ingin mendapat bantuannya, dia tanpa banyak bicara akan menghulurnya. Rasa simpatinya pada manusia di sekeliling terlalu menebal.

Baginya ‘andai mahu menggembirakan hati sendiri, sewajarnya menggembirakan hati orang lain jua’ telah dijadikan pegangan diri. Lagi pula dia dilahirkan daripada keluarga yang kecil.; hanya tiga orang adik-beradik. Maka rasa luhurnya, rasa jujurnya dan rasa tulusnya begitu membumbui diri. Paling ketara tatkala dia akan mendahulukan keselesaan diri sendiri dari keselesaan diri sendiri. Entah manusia jenis apa, tidaklah diketahui atau bayangan malaikat barangakali?

Mendengar itu dia menghamburkan gelak. Dan kami akan ketawa bersama-sama. Begitu saya mengenali sahabat ini; sentiasa melemparkan walaupun saya tahu ada duka di dalam sanubari. Tetapi katanya dia tidak akan memuntahkannya, dibimbangi menyusahkan orang lain mendengar resahnya. Saya mendesaknya, ceritalah apa sahaja kerana bukankah hidup ini takah-takah mengenal manusia sejati? Langsung petang itu dia bersuara juga akhirnya dengan linangan air mata.

Saya terkedu. Rasa bersalah kerana menyebabkan air matanya luruh. Maafkan saya sahabat. “Tidak mengapa….”bisiknya, “…ini perkara remeh”. Sedangkan dia telah melalui satu fasa yang perit dalam hidup; orang yang dia pernah hulurkan bantuan telah mengejinya dari belakang.

Bukan setakat mengejinya, malah telah menghasut orang lain pula agar tidak berkawan dengannya. Saya ternganga. Manusia jenis apakah itu? Bayangan syaitan? Saya separuh menjerit. Jangan begitu katanya. Ini sekadar luahan rasa luka, bukan untuk membuatkan saya memaki hamun orang yang telah mengkhianatinya. Kerana katanya hidup ini terlalu singkat untuk membenihkan permusushan.

Qalb Tha

Dari raut wajah, dia tidak ada cacat celanya. Dari segi biologi dirinya, dia memang cukup sempurna. Jadi, tentu sahaja hatinya mulia. Saya sering mengandaikan begitu apabila mentakwil manusia di sekeliling. Tetapi tafsiran saya silap. Lama menjalin persahabatan baru saya tahu menilai intan, atau permata atau kaca. Atau barangkali luasnya pergaulan dan jauhnya perjalanan telah saya mengerti nilai sebuah kehidupan.

Rupanya dia jenis manusia ‘talam dua muka’. Kata maksud seumpamanya ‘hipokrit’. Kalau di hadapan saya ‘begitu begini’ tetapi kalau di hadapan orang lain ‘begini begitu’. Bukan sekali dua dia bersikap demikian, tetapi sudah acap benar. Kata orang sudah menjadi rutinnya, sudah menjadi kelazimannya. Waduh, buruknya laku. Bagai manusia biadab kata hati kecil saya.

Jangan rumitkan keadaan, selalu jernihkan fikiran. Usah mudah mengalah pada tekanan, seringlah bersiap sedia menghadapi apa sahaja kemungkinan. Sebab hati suci hanya milik-NYA yang hakiki. Saya akhirnya menguntumkan senyuman.

Akhir Kalam…..

Ayuh sahabat seperjuangan, berusahalah menjadi insan kamil; jernihkan fikiran, sucikan pendirian, suburkan keimanan. Jangan sesekali mencederakan perasaan orang lain jangan juga membiarkan hati dilukakan. Paling utama bersikap tenang dalam apa jua badai yang menghunjam; bukankah hidup ini padang ujian? Moga selamat menempuh gelombang hidup dengan ketakwaan!

Ditulis semula annisa’ dari buku “Berapa Harga Segulung Ijazah” karangan Dr. Kamariah Kamaruddin

* Semua ini adalah sedikit perkongsian dari annisa'..Semoga kita dapat mengambil iktibar dan pengajaran dari cerita di atas khususnya bagi diri yang menulis ini. Banyak perkara yang lebih besar lagi yang kita perlu fikirkan..zaman keisrailan yang semakin melanda, berlaku social di sana sini, masalah umat sekarang, semuanya perlu lebih diberi perhatian. Jika kita masih lagi memikirkan masalah hati, harap kita sama-sama dapat bermuhasabah kembali. Diri ini bukanlah contoh yang terbaik, tapi sentiasa ingin menjadi yang terbaik untuk mendapatkan natijah yang terbaik. Apa yang disampaikan tiada kaitan dengan mana-mana individu, ianya hanyalah sekadar untuk menyedarkan diri penulis ini sahaja..wallahua'lam...

“ Jangan berkawan dengan orang yang tamak kerana pada zahirnya dia ingin membahagiakanmu, tapi nhakikatnya dia akan mencelakan. Jauhilah berteman dengan pembohong kerana ia boleh menjadikan orang yang dekat lari daripadamu dan sebaliknya. Janganlah berkawan dengan orang yang bakhil kerana ia akan melupaimu pada waktu kamu sangat memerlukannya dan jauhilah bersahabat dengan orang yang suka berbuat jahat kerana ia tidak malu untuk menjualmu dengan harga yang sangat murah.”

- SAYIDINA ALI KWJ-